Rabu, 27 Januari 2010

Rich Dad Poor Dad Pengantar Cerdas Financial

Anda mungkin sudah pernah membaca buku Rich Dad Poor Dad, Cashflow Quadrant, Guide to Investing, dan beberapa seri buku yang ditulis Robert T Kiyosaki. Terlepas dari pro kontra mengenai Kiyosaki, isi buku-buku ini memberikan pencerahan dan penyadaran tentang uang, kekayaan, kecerdasan finansial (finansial intelegent) , dan kebebasan finansial (finansial freedom). Kalau anda belum pernah, sempatkanlah untuk membaca buku-buku ini. Anda akan memperoleh pemahaman baru dan semangat untuk menuju kebebasan finansial. Buku-buku ini sangat mencerahkan dan memotivasi kita untuk maju dan tidak menyerah kepada kesulitan finansial.

Membahas tentang topik ini, membawa saya pada ingatan ketika masih kuliah, kira-kira 7 tahun yang lalu. Saya membaca buku Rich Dad Poor Dad pertama kali ketika masih kuliah, ketika salah satu teman menginformasi buku ini dan merekomendasikan bahwa buku ini bagus dan wajib dibaca. Buku-buku ini benar-benar membuka kesadaran saya mengenai kecerdasan finansial dan cita-cita untuk merdeka secara finansial. Segera saya menjadi tertarik dengan bidang personal finance, bisnis, dan investasi. Berdasarkan pengetahuan saya yang terbatas itu dan modal yang sedikit, mulailah bermunculan ide-ide untuk berbisnis kecil-kecilan. Pertama kali saya mencoba menjual madu ketika mahasiswa, kecil-kecilan saja, dititipkan ke beberapa toko dan wartel sekitar kost. Terlintas bisnis madu, karena sebagai mahasiswa pendatang, sering pulang kampung. Daripada tangan kosong, saya bawa madu dari kampung kalau balik ke kota tempat kuliah. Di kota asal, saya tahu peternakan madu yang menghasilkan madu bagus. Tapi bisnis ini tidak berjalan lama, bukan karena tidak laku. Karena sebagai mahasiwa, uang terus terang sangat mendesak. Hasil jualan madu dan modalnya malah kepakai untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Akhirnya modal dagangnya juga habis dan tidak bisa jualan lagi.

Pernah juga menjalankan les privat kecil-kecilan dengan teman. Dan cukup berjalan. Tapi karena keterbatasan kami dalam kuliah, kami tidak bisa mengembangkan les privat itu dengan optimal. Kami jalankan hanya untuk tambahan uang saku, meskipun kalau dipikir tidak terlalu besar, tapi cukuplah untuk ukuran mahasiswa saat itu. Saya ingat sekali pertemuan, satu orang diajar, dengan waktu 2 jam, kita mendapatkan bayaran 25 ribu perpertemuan. Pernah juga saya mengadakan bisnis jasa pulang mudik lebaran mahasiswa. Saat itu, saya dan seorang teman terpikir untuk menjual tiket pulang mudik lebaran. Kami menyewa bus kampus yang sedang tidak dipergunakan untuk dipergunakan pulang kampung, tidak banyak, hanya satu bus. Pada waktu itu saya berfikir bahwa tentu untuk menyewa bus perlu modal oleh karena itu saya mengajak teman yang memiliki kekuatan modal. Urusan administrasi beres, kami mulai menjual tiket ke mahasiswa kampus kami dan kampus tetangga. Ternyata setelah kami jalankan, kami tidak mengeluarkan modal sedikitpun, karena tiket terjual habis dan uang sudah terkumpul sebelum dead line pelunasan sewa bus. Akhirnya, saya bisa mengirit ongkos pulang mudik, karena ikut bis dan gratis.Serta dapat sedikit keuntungan yang kami bagi rata, lumayan pulang mudik punya sedikit uang saku.

Kisah ini sedikit saya ceritakan, untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, bahwa bisnis bisa kita mulai dari apa saja yang ada disekitar kita, just do it. Jangan berfikir yang untuk memulai bisnis yang luar biasa dan besar kalau baru memulai. Atau terkendala segala sesuatu yang membelenggu pikiran kita ketika akan melangkah. Saya selalu berprinsip new economy concept, bahwa bisnis dijaman sekarang tidak selalu dimulai dengan modal kapital yang besar. Dengan kecerdasan finansial, kepekaan menangkap peluang, dan relasi, kita bisa saja memulai bisnis. Kalau memang anda bukan orang dengan kemampuan finansial yang kuat, tetap optimis, bahwa akan selalu ada jalan kalau anda mau maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar