Rabu, 27 Januari 2010

Guru Cerdas Finansial

Bermula dari cerita dua orang sahabat. Seorang sahabat, sebut saja Budi yang bekerja di perusahaan konstruksi yang cukup ternama dengan gelar sarjana dari universitas yang terdepan di negara ini dan isterinya pun bekerja di sebuah perusahaan jasa yang cukup terkenal dengan ijazah diploma tiganya. Tentu saja mereka hidup berkecukupan untuk ukuran umum penduduk Jakarta dan sekitarnya, dengan memiliki dua orang anak, tidak mengontrak karena ada saudara yang meminjamkan sebuah rumah yang sangat layak sehingga mereka tidak begitu memperdulikan tawaran-tawaran brosur perumahan yang diperlihatkan teman-teman di kantor.
Sahabat lainnya adalah Iwan, Lulusan SMA dari sebuah kota kecil di Jawa Tengah dan isterinya hanya lulusan SMEA di bilangan Jakarta. Suami isteri tersebut mengadukan nasibnya dengan bekerja di pusat perbelanjaan. Memiliki dua anak yang anak keduanya harus operasi caesar di medio 2005. Di penghujung tahun 2005 mereka mendapatkan tawaran kredit rumah RSS (rumah sangat sederhana) dari perusahaan tempat mereka bekerja, merekapun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Singkat kata, semuanya berubah ketika terjadi krisis awal tahun 2009 ini. Tidak disangka, dua sahabat tadi mendadak di PHK dengan berbagai alasan yang diberikan perusahaan tempat mereka bekerja. Budi di PHK karena proyek kantornya turun drastis, isterinya di PHK karena perampingan karyawan. Lain halnya dengan Iwan yang keluar karena di fitnah oleh koleganya sedangkan isterinya tidak tahan mendengar omongan teman-temannya di kantor tentang suaminya dan akhirnya mengundurkan diri. Budi dan isterinya beruntung dengan pengalaman kerja 14 tahun dapat mengumpulkan pesangon tidak kurang dari Rp 70 juta berbeda dengan Iwan dan isterinya yang hanya mendapatkan uang sebesar Rp 25 juta, itupun uang pesangon isterinya.
Budi dan isterinya cukup lega dengan uang pesangon yang diterima, isterinya memutuskan untuk tidak bekerja dan mengurus rumah tangga sedangkan Budi sibuk mencari pekerjaan lainnya. Uang mereka sebagian ditabung, sebagian lagi dipinjam saudara dan sisanya untuk keperluan sehari-hari. Enam bulan menganggur membuat persediaan uang merekapun semakin menipis, ditambah lagi dengan gaya hidup mereka yang tidak berubah, uang yang dipinjam saudaranya tak kunjung kembali, pekerjaanpun tak datang-datang. Uang ditabungan tidak lebih Rp 5 juta.
Melihat kondisi tersebut, tetangga dekat yang kebetulan punya toko elektronik menawarkan Budi bekerja di tokonya dengan gaji Rp 1 juta, tanpa pikir panjang Budi menerima tawaran tersebut.
Berbeda dengan Budi, Setelah tidak bekerja Iwan memutuskan untuk membuka warung dirumahnya, ketika isterinya keluar dari pekerjaan secepatnya mereka melunasi cicilan rumah sekitar Rp 15 juta sedangkan sisanya mereka tabung dan menambah modal warung. Kemudian mereka memutuskan untuk menjual rumah yang berada di komplek seharga Rp 65 juta setelah mendapat rumah yang berada di perkampungan seharga Rp 40 juta. Alhasil mereka mendapatkan rumah dan mendapatkan uang cash Rp 25 juta yang langsung di depositokan. Saat ini omzet warung rumahan mereka mencapai Rp 300 ribu per hari dan Budi telah bekerja sebagai marketing sepeda motor dengan pendapatan kisaran satu jutaan.
Ilustrasi kisah nyata di atas merupakan gambaran pentingnya memanajemen uang yang dimiliki. Cerdas finansial merupakan kemampuan pengelolaan keuangan yang dimiliki. Menurut Muhammad Syafi’ie B, “kecerdasan finansial atau financial quotient adalah kecerdasan mendayagunakan segenap potensi untuk mendapatkan uang, mengelolanya dengan baik, memberdayakan agar terus berkembang, dan menggunakan secara tepat agar tercipta kemakmuran yang berkelanjutan di dunia dan akhirat kelak”.
Kecerdasan finansial merupakan proses pengaturan keuangan yang dimulai dari bagaimana cara mendapatkan uang, mengelola uang, memberdayakan uang dan menggunakan uang. Dari kisah di atas dapat diambil simpulan bahwa kecerdasan finansial tidak tergantung banyaknya gaji / pendapatan yang diterima namun lebih pada bagaimana mengatur dan mengelola keuangan.
Sebagai seorang guru kecerdasan finansial sangat dibutuhkan, bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan per bulan melainkan lebih dari semua itu, karena sebagai guru haruslah bisa digugu dan ditiru. Pola manajemen keuangan yang baik akan sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan hidup saat ini dan akan datang. Kilas balik perjalanan penulis dalam melaksanakan pelatihan berbagai belahan Indonesia, acap kali mendengarkan keluhan para guru tentang minimnya gaji yang mereka terima, terutama dengan guru-guru yang belum PNS. Kurang sejahteranya guru mengakibatkan lemahnya motivasi dalam mendidik, suka mengeluh dan dalam jangka panjang akan menganggu proses belajar mengajar di sekolah.
Lain lagi dengan guru-guru yang sudah lebih sejahtera ( PNS ) dan lulus sertifikasi, bukan persoalan kekurangan dana yang menghantui mereka tetapi lebih pada bagaimana membelanjakan uang dengan bijak Tidak sedikit diantara mereka malah membeli kebutuhan tersier yang mungkin masih bisa di tunda, handphone yang mentereng, gaya yang berlebihan dan tindakan konsumtif lainnya.
Kunci untuk mengatasi semua permasalahan itu adalah kecerdasana finansial, kemampuan ini sangat penting bagi semua orang, tidak mengenal agama,ras, warna kulit, profesi, pekerjaan, status dan lain sebagainya. Namun sebagai seorang guru yang profesional dan bertanggungjawab mendidik tunas-tunas bangsa ini, sudah sepatutnya lebih memahami dan mengamalkannya. Belanjakanlah uang berdasarkan kebutuhan bukan keinginan, dengan demikian setiap yang dibelanjakan selalu terkontrol.
Seorang guru honeorer sekolah tidak akan mengeluh dengan terbatasnya gaji yang mereka terima jika mereka memahami bagaimana cara mendapatkan uang, gaji boleh saja kecil tetapi pendapatan tidak harus begitu. Sebagai guru di sekolah yang tidak bisa menggaji tinggi, jalannya dengan meningkatkan valensi / kompetensi diri. Belajar menulis, membuat puisi, mendongeng, buat buku, memberi privat, jualan dan banyak lagi cara cerdas mendapatkan uang yang dapat mendukung kegiatan utama sebagai guru tanpa mengorbankan kepentingan siswa-siswi.
Setelah kemampuan itu dimiliki dengan peningkatan valensi dilanjutkan dengan manajemen pengelolaan uang. Uang harus benar-benar dikelola, upayakan uang selalu berkembang sehingga uang yang dimiliki seharusnya habis dalam waktu 10 hari dapat bertahan 12 atau 13 hari.
Bagaimana caranya, tentu saja dengan kemampuan mengelola uang dengan baik. Selanjutnya uang yang ada diberdayakan dengan maksimal, boleh saja dikembangkan dengan menjalani bisnis kecil-kecilan, jual pernak-pernik atau apapun yang dapat dilakukan untuk mengembangkan jumlah uang yang dimiliki. Terakhir dari semua itu adalah bagaimana kecerdasan membelanjakan uang.
Keinginan tidak akan pernah habis maka hal yang paling bijak denaga menggunakan uang berdasarkan kebutuhan. Buatlah rencana bulanan sederhana sebagai panduan belanja sehingga tidak sampai nombok akhir bulannya, hindari belanja diskon yang membuat keputusan belanja keluar dari rencana, buatlah catatan kecil belanja dan strategi-strategi lainnya.
Bagi guru berpendapatan lebih tinggi, Anda sudah terlewati kecerdasan mendapatkan uang, namun hal ini hendaknya tidak membuat Anda berpuas diri sehingga valensi yang dimiliki terkubur tak bersisa. Bergantung dengan gaji tidaklah mendidik karena akan mengakibatkan terpendamnya potensi diri yang mestinya bisa dikembangkan dengan baik. Seorang guru senior SD Negeri 07 Langkahan Aceh Utara Bapak Mukiman membuktikan hal ini.
Tanpa mengabaikan fungsinya menjadi seorang guru senior yang menjadi panutan di sekolahnya ( mendapatkan penghargaan sebagai guru loyalitas tinggi mengajar daerah terpencil selama 20 tahun dan tidak pernah pindah dari pemerintah NAD ) beliau membuka toko baju dirumahnya dan setiap hari minggu berjualan di pasar desa di samping itu juga memelihara beberapa ekor sapi dan kambing.
Alhasil kehidupan ekonomi keluarganya sangat layak bagi seorang guru daerah terpencil dan hampir setiap tahun berlibur ke ibu kota sekaligus membeli barang-barang dari Jakarta dan Bandung. Semuanya tergantung pada keputusan Anda dalam mengelola, memberdayakan dan membelanjakan uang. Namun satu hal yang pasti bahwa semakin anda cerdas finansial akan sangat membantu dalam pemenuham kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar