Rabu, 27 Januari 2010

Keamanan Kerja vs Keamanan Finansial

Berdasarkan data pada perusahaan asuransi Astra CMG Life (sekarang sudah berubah nama) ditentukan pembagian kelas masyarakat di Indonesia dengan presentasi sebagai berikut: Masyarakat miskin sebesar 75%, menengah bawah 15%, menengah atas 9% dan mewah 1%. Studi Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat di Amerika Serikat menyebutkan bahwa: dari setiap 100 orang yang memulai karier mereka 65 tahun yang lalu, 29 meninggal dunia, 55 berada di kelompok berpenghasilan rata-rata, 13 berada di bawah garis kemiskinan dan 3 dianggap berhasil dalam segi finansial. Bahkan ini merupakan suatu kontradiksi bahwa di negara yang terkaya sekalipun di dunia ini, ada jutaan orang hidup dalam kemiskinan. Orang-orang ini tidak punya rencana untuk gagal, mereka hanya gagal membuat rencana.

Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang. Orang kaya mempunyai uang yang bekerja untuk mereka. Alasan terbesar orang mencari keamanan kerja adalah karena hal inilah yang hanya diajarkan satu-satunya di sekolah dan di rumah. Kita bisa lihat pola hidup kita dari kecil sampai sekarang – apakah itu sudah bekerja atau masih kuliah – yang diajarkan oleh lingkungan keluarga kita adalah sekolah yang tinggi, dapat nilai yang bagus dan cari perusahaan yang mempunyai jaminan keluarga, kesehatan dan tunjangan pensiunnya.

Ini adalah Sistem Sukses Lama (Old System for Succes) dimana formulanya adalah: H x N = I; H (Hourly wage) x N (No. hours worked) = I (Income) artinya U (Upah perjam) x J (jumlah jam kerja) = P (Pendapatan)

Maksudnya apa yang kita keluarkan maka itulah yang kita dapat, semakin keras kita bekerja maka semakin besar pula yang kita peroleh. Sikap yang lebih radikal lagi bahwa kebanyakakan kita mengikuti pola pekerja 50/50/50/50. Artinya kita bekerja 50 jam seminggu….. 50 minggu pertahun….selama kurun waktu 50 tahun…. Dam ketika kita pensiun, penghasilan kita cuma 50% dari jumlah yang kita perlukan untuk bisa hidup saat ini.

Sedangkan Sistem Sukses Terbaru yang sekarang sudah mulai banyak orang minati adalah T (time invested) x E2 (Exponensial Growth) = F (financial freedom) artinya T (waktu yang kita investasikan untuk melakukan duplikasi sistem sukses) x E2 (Pertumbuhan secara eksponensial) sama dengan F (kebebasan dari segi keuangan).

Dengan menggunakan sistem baru ini kita bukan hanya memperoleh keamanan dari sisis finansial bahkan kita bisa mencapai yang disebut Kebebasan Finansial. Pola ini jarang sekali kita terima baik itu di rumah atau pun di sekolah karena pola ini hanya diajarkan oleh orang-orang kaya kepada anak-anaknya secara turun-temurun samapai akhirnya di publikasikan oleh Robert Kiyosaki dalam bukunya Rich Dad Poor Dad.

Mengapa 95% penduduk kita mencari keamanan kerja, karena mereka berpikir jika mereka bekerja mereka merasa aman sebab ada tunjangan kesehatan, keluarga dan pensiun. Pada hal posisi mereka itulah yang paling riskan mengapa karena kalau di PHK atau sakit? Penghasilan hilang seketika !! jadi dengan kata lain fokus 95% masyarakat kita berorientasi untuk mendapatkan penghasilan sementara.

Walaupun saat ini hanya 5% dari masyarakat kita yang berfokus untuk memperoleh keamaan finansial (penghasilan tetap), bukan berarti anda-anda tidak memiliki kesempatan tersebut. Sebab pintu masuk untuk menjadi orang-orang dalam kelompok 5%, pada era Informasi ini semakin terbuka lebar alas kita jeli melihat hal tersebut. Mengapa demikian sebab banyak lahan yang menjanjikan kepada kita untuk dapat masuk ke dalam kelompok 5 % atau Kuadran Kanan (B-I) tapi pada kenyataannya kita ternyata masuk ke Kuadran Kiri (E-S).

Contoh:
Mulai Era tahun 1990 di Indonesia, mulai masuk dan/atau berdirinya Perusahaan MULTI LEVEL MARKETING/NETWORK MARKETING. Menurut Robert Kiyosaki ini adalah Perusahaan Bersistem – dari 3 perusahaan bersistem – yang pada tahun 2010 akan tumbuh secara pesat menyaingi perusahaan bersistem saudara kembarnya WARALABA (FRANCHAISING). Dan juga seperti yang dikatakan Robert Kiyosaki dalam bukunya Cashflow Quadrant ini termasuk Kuadran Kanan (B khususnya). Hanya saja jika kita baca lagi di buku beliau Business School, beliau mengatakan bahwa Ada MLM atau Network Marketing Kuadran S dan da juga MLM atau Network Marketing Kuadran B.

Perbedaannya sangat sederhana sekali, MLM Kuadran S hanya berfokus pada Pengetahuan Produk, Kemampuan Menjual, Rancangan Bonus dan Aktif Income. Sedangkan MLM Kuadran B fokusnya bukan pada produk saja, bukan pada rancangan bonusnya saja tetapi pada pengembangan diri si pelakuknya dan Pasif Income.

Dan jika kita dapat perhatikan antara Rancangan Bonus MLM Kuadran B dan Rancangan Bonus MLM kuadran S ada perbedaan yang sangat mencolok sekali, yaitu: Pada Rancangan Bonus MLM Kuadran S untuk sampai level manapun tidak ada pasif income – walaupun ada royaltinya – artinya walaupun bonusnya dikatakan Rp. 150 juta – sudah lebih dari belanja pribadi / tutup point – kalau dia tidak tutup point dalam bulan tersebut maka uang Rp. 150 juta tersebut tidak dia peroleh. Ini berarti sifat bonus tersebut adalah aktive income maksudnya ia harus melakukan aktivitas tertentu untuk mendapatkan bonus tersebut, misalnya tutup point. Bisnis ini jangankan untuk ditinggal satu tahun, satu bulan saja akan hancur dan tidak mendatangkan pendapatan.

Sedangkan pada Rancangan Bonus MLM Kuadran B, jika seseorang sudah mencapai tingkat tertentu, maka ia memperoleh pasif income artinyaia tidak memerlukan aktivitas tertentu untuk mendapatkan pendapatan, misalnya kerja atau tutup point, maksudnya dia mau belanja ataupun tidak, pendapatan tersebut akan mengalir terus kepadanya. Bahkan jika ia tinggalkan bisnisnya selama setahun atau lebih bisnisnya semakin berkembang pesat.

Maka itu berhati-hatilah dalam memilih perusahaan MLM atau Network Marketing, selidiki lebih lanjut tentang segala hal di dalamnya sehingga Anda tidak salah pilih masuk pintu. Maunya ke pintu menuju Kebebasan Finansial malah masuk ke pintu Keamanan Kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar