Rabu, 27 Januari 2010

Pengantar Cashflow Quadrant

Belajarlah yang rajin, biar dapat nilai baik dan ranking. Kuliahlah diperguruan tinggi terbaik, dan dapatkan pekerjaan yang baik di perusahaan besar yang bonafide, agar kamu sejahtera. Daftarlah sebagai pegawai pemerintah, kamu akan hidup tenang dan terjamin sampai tua. Gak usah bisnis segala macam, nanti kamu ditipu orang. Cepat cari kerja, jangan bisnis-bisnisan yang nggak menghasilkan. Nasihat-nasihat ini tentu populer buat kita kebanyakan. Orang tua, saudara, teman sekitar seringkali memberikan nasehat ini. Ini nasehat yang baik, tapi untuk era jaman industri, dimana kita memang dituntut memiliki skill yang baik untuk bekerja diberbagai industri. Kita memerlukan lulus dari perguruan tinggi yang baik agar dapat diterima kerja diperusahaan industri yang terkenal. Untuk masuk perguruan tinggi diperlukan nilai-nilai yang baik disekolah. Tapi kita disini didorong untuk menjadi pekerja, buruh.

Sedangkan untuk Indonesia sendiri, menjadi PNS masih menjadi dambaan banyak orang. Saya tidak bermaksud merendahkan profesi PNS, menjadi PNS adalah pekerjaan yang mulia dan perlu, akan tetapi kalau anda ingin kaya, rasanya agak sulit. Hal ini bisa dimengerti, karena selama lebih dari 350 tahun kita pernah dijajah, sehingga waktu itu adalah suatu yang terhormat apabila dapat bekerja kepada pemerintah/company, dan menjamin arus pemasukan yang tetap. Sedangkan profesi lain waktu itu sangat dibatasi,mayoritas adalah petani dan pekerja kasar, sangat sulit untuk masuk dalam ranah bisnis dan perdagangan pada waktu itu, karena dimonopoli oleh penjajah dan kelompok pendukung penjajah. Secara tidak sadar, budaya dan pemikiran seperti ini masih terpatri di banyak warga Indonesia. Budaya menjadi pekerja dan mencari yang aman-aman saja, tidak berani mengambil resiko.

Pernahkah anda mendengar nasehat-nasehat ini sebelumnya. Berbisnilah, jangan cari kerja kalau ingin jadi kaya. Selain belajar rajin disekolah, belajarlah untuk menghasilkan uang sejak masih muda. Kumpulkan uangmu, kemudian dibelikan aset sedikit demi sedikit. Buatlah anggaran keuangan bulanan dan catatlah yang baik nak. Mulailah membangun bisnis, jangan takut mengambil resiko, kalau gagal bangunlah bisnismu yang lain. Berinvestasilah sedini mungkin. Jangan boros, tabunglah uangmu. Hematlah, belanja seperlunya. Mungkin kita belum pernah mendengar nasehat-nasehat ini, atau pun kalau pernah mendengar mungkin tidak segencar nasehat diatas sebelumnya. Ini adalah nasehat-nasehat kecerdasan finansial. Mengapa kebanyakan dari kita jarang mendapatkan nasehat-nasehat kecerdasan finansial? karena mayoritas orang tua dan sekitar kita memang tidak diajarkan itu oleh kakek nenek kita dan lingkungannya. Dalam dunia penuh kesulitan ekonomi karena penjajahan, jangankan berfikir untuk berbisnis atau berinvestasi, untuk makan saja sudah susah, selain itu memang tidak diinginkan munculnya penduduk asli yang mampu berbisnis kuat. Penjajah berbisnis dengan cara monopoli, kekayaan dan harta dikuras habis untuk selanjutnya dikirimkan kenegara asalnya.

Dalam hal ini mungkin kita perlu belajar kepada saudara-saudara kita Tionghoa. Mereka sejak kecil sudah dikenalkan dengan bisnis keluarga. Apabila anak nya memiliki bakat atau kecerdasan tinggi, maka akan disekolahkan tinggi-tinggi agar mencapai kedudukan yang baik, tetapi apabila biasa-biasa saja, maka mereka didik untuk bisa berbisnis, terutama berdagang, sebagai bekal masa depannya. Sejak kecil, sepulang sekolah, mereka diminta untuk membantu mengurus toko keluarga, atau belajar menghitung uang. Dengan cara ini mereka mengajarkan kecerdasan finansial secara langsung, atau on the job training. Terkait dengan ini anda bisa mempelajari dengan lebih baik melalui berbagai sumber yang lain. Berdasarkan pengamatan saya, pola ini memang diterapkan. Teman-teman Tionghoa sepulang sekolah banyak yang jaga toko Bapaknya, seperti toko emas, toko baju, dan toko-toko yang lain. Secara ekonomi, mereka baik, karena mereka bergerak dibidang bisnis dan investasi. Jarang kita temui saudara-saudara Tionghoa mencari pekerjaan dan berkarir merangkak dari bawah.

Saya bukanlah anti pendidikan, karena saya sendiri dulu kuliah di PTN terkemuka di kota Bandung. SD, SMP, SMU saya lalui dengan prestasi akademis yang memuaskan, rangking 1-3 kelas atau sekolah selalu menghiasi raport. Saya sangat mendukung pendidikan. Tetapi yang saya sayangkan, rasanya selama sekolah dan kuliah, sangat sedikit pelajaran mengenai uang, cara mengelola, cara memperolehnya agar kita menjadi makmur dan terjamin hidup kita secara ekonomi dan sosial. Meskipun sebagian besar umur kita nantinya akan bergelut dengan mencari nafkah dan kesejahteraan, tetapi sangat sedikit dibahas dalam pendidikan kita. Dalam sistem pendidikan, kita didik menjadi penghafal segala sesuatu, penghitung segala sesuatu, dan menjadi seorang troubleshooting. Kita didik menjadi pencari kerja yang baik, bukan sebagai pembuat lapangan kerja yang baik. Jujur saja, berapa persenkah pelajaran-pelajaran disekolah dan kuliah yang masih kita ingat dengan baik dan kita gunakan sehari-hari? Bahkan masih ingatkah anda mata pelajaran apa saja yang anda terima ketika SD, ketika SMP, ketika SMU, dan ketika Kuliah dengan detil? Bahkan yang dekat-dekat saja, berapa persen pelajaran kuliah yang anda gunakan ketika bekerja?

Saya melihat setiap tahun puluhan ribu orang diwisuda dari perguruan tinggi, kebanyakan memiliki mimpi indah yang sama, mendapatkan pekerjaan yang layak di perusahaan besar. Demikian juga saya ketika itu. Tetapi ternyata kenyataan tidaklah seindah mimpi. Jumlah lowongan pekerjaan yang sesuai lebih sedikit daripada lulusan yang dihasilkan PT. Meskipun itu perguruan tinggi terkenal, ternyata wisudanya rata-rata memerlukan waktu menunggu cukup lama untuk mendapat pekerjaan. Dari pengamatan saya rata-rata menunggu untuk mendapat pekerjaan adalah 6 bulan, ada yang cepat, ada yang lambat. Saya cukup beruntung, termasuk rata-rata, dan pernah bekerja di 2 perusahaan besar, tetapi bagaimana dengan yang lebih lama dari rata-rata? Sedangkan mereka memegang ijasah perguruan tinggi terkemuka? Tentu beban psikologi akan menjadi sangat berat. Itu bukan isapan jempol, saya pernah menemui teman kuliah seangkatan, sedang test kerja di kampus, dan belum pernah bekerja samasekali meskipun pada waktu itu sudah memasuki tahun ke 4 setelah lulus kuliah. Dan yang seperti itu tidak sedikit. Saya dan banyak teman-teman lain resah, setelah lega sebentar bisa menyelesaikan kuliah,resah menunggu waktu kapan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, sedangkan hidup terus berjalan dan lingkungan menganggap kita orang berpendidikan tinggi yang sukses. Banyak yang akhirnya menghilang, memisahkan diri dari sosial, sebelum mendapatkan pekerjaan, karena merasa malu dan stress.


Poin yang ingin saya sampaikan disini, bahwa ada pilihan lain selain menjadi pekerja untuk menghasilkan uang. yaitu bisnis dan investasi. Kedua bidang ini adalah jalan cepat menuju kebebasan finansial. Apabila anda ingin menjadi kaya dan bebas secara finansial, anda harus mencari jalan anda sendiri di bidang ini dan segera membangun aset. Akan menjadi lebih baik apabila sejak kecil kita sudah ditanamkan akan kecerdasan finansial ini. Tetapi tidak perlu khawatir, meskipun anda tidak mendapatkan ini sejak kecil, anda dapat meningkatkan kecerdasan finansial dengan banyak membaca buku, seminar, diskusi, dan mencari mentor yang mau membimbing anda untuk membangun aset. Kemudian anda mensetting tujuan anda, dan mulai membangun aset dengan optimal dan semangat. Keempat bidang ini yaitu : Employee, Self Employed, Business Owner, dan Investor, akan kita bahas lebih lanjut dalam artikel selanjutnya mengenai Cashflow Qudrant.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar